Inang Review: Bukti Naysilla Mirdad Bukan Aktris Sembarangan
Suara Wanita – Ya! Kita semua sudah tahu kalau Naysilla Mirdad punya segudang prestasi di ranah pertelevian. Namun kali ini, ia melangkah cukup jauh lewat akting memukaunya di film horor garapan Fajar Nugros bertajuk Inang.
Tak salah memang jika film ini dapat sorotan usai beraksi di Festival Film Fantasi Internasional Bucheon, Korea Selatan. Pasalnya, selain unggul dari segi premis, naskah dan visual yang dihadirkan juga tidak main-main. Termasuk dalam menghadirkan sisi gelap kehidupan di pinggiran kota.
Sekilas, tak ada yang terlalu horor sebenarnya dari film ini. Peristiwa yang dialami toko utamanya, Wulan juga bukan hal baru. Kita sudah sering mendengar gosip macam itu, entah dari temannya si anu, atau si anu sendiri yang jadi pelakunya.
Ya! Dihamili pacar, terus ditinggalkan. Sungguh realita yang pahit.
Namun, di sinilah menariknya film ini. Jangan berharap Naysilla yang berperan sebagai Wulan akan menyuguhkan tangisan-tangisan penderitaan yang mengemis iba.
Sebaliknya, sosok Wulan digambarkan sebagai pribadi yang bebal dan tangguh, dan mampu mencari jalan keluar dari permasalahan yang dihadapinya dengan tenang, meski harus tercebur beberapa keputusan konyol yang pada akhirnya mengancam nyawanya sendiri, serta janin yang ditanggungnya.
Sinopsis Inang
Seperti yang sudah diceritakan di atas, Inang berkisah tentang pegawai di supermarket bernama Wulan, yang tengah kebingungan lantaran mengetahui kalau dirinya hamil.
Sang kekasih, yang diharapkan jadi tempat bersandar, malah bersikap pengecut dan memilih pergi. Wulan pun akhirnya terjebak pada beberapa pilihan, antara menggugurkan janinnya, melahirkan dan merawatnya, atau menyerahkannya kepada pasangan lain.
Di tengah kebimbangan, Wulan kemudian mencari-cari informasi mengenai adopsi ilegal di internet. Dari situ, ia kemudian dikenalkan kepada pasangan suami istri, Agus Santoso (Rukman Rosadi) dan Eva (Lydia Kandou) yang memang tengah mencari anak.
Wulan, yang bersedia menyerahkan bayinya saat lahir nanti, kemudian diajak untuk tinggal bersama selama masa kehamilannya. Di situ ia kemudian mempelajari sebuah kenyataan mengerikan, yang berkaitan tentang kelahiran anak dalam penanggalan masa lalu.
Folk Movie yang Menghanyutkan
Jika ditanya mana yang paling disukai dari film ini, kamu mungkin akan terkejut saat jawabannya bukanlah unsur horornya, melainkan sabab-musabab yang mengelilinginya.
Sisi kelam kehidupan pinggiran kota, dialog-dialog kasar yang terkadang jenaka, gambaran traumatis seorang anak terhadap tingkah laku orang tuanya, dan beberapa unsur lain, mampu terkemas dengan baik dan membuat kita hanyut dalam ceritanya.
Kehadiran Rukman Rosadi, Lydia Kandou, Dimas Anggara, dan para pemeran pendukung lainnya juga tergolong kuat dan punya arti. Semuanya tampil dengan maksimal tanpa perlu ada subplot yang berlebihan.
Sekali lagi, kredit penting patut diberikan kepada Naysilla Mirdad yang mampu lompat dari zona nyamannya, untuk beraksi cukup brutal di film ini. Sungguh disayangkan jika setelah ini, ia tidak kembali bermain di film-film berkualitas lainnya.
Pada akhirnya, Inang bukanlah horor yang numpang tenar dengan jumpscare-jumpscare yang memekakkan telinga atau embel-embel agama. Film ini berkilau dengan caranya sendiri, dan layak mendapat tempat yang terhormat di jajaran horor nasional.
Yuk nonton ke Bioskop!
Inang meraih 2 nominasi di ajang Festival Film Indonesia, yakni di kategori Pemeran Pendukung Pria Terbaik (Rukman Rosadi) dan Penyunting Gambar Terbaik (Wawan I. Wibowo).